Rabu, 30 November 2011

Longsor Nias, 4 Warga Meninggal 30 Hilang


Bencana alam longsor ini terjadi pada Rabu 30 November 2011, sekitar pukul 14.00.

VIVAnews - Sebanyak 4 warga meninggal dunia dan 30 warga saat ini masih hilang paska terjadinya bencana alam tanah longsor di Kecamatan Majo Kampung Barije, Nias Selatan, Sumatera Utara.

Bencana alam longsor ini terjadi pada Rabu 30 November 2011, sekitar pukul 14.00. "Empat orang meninggal dunia dan 30 orang hilang," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu 30 November 2011.

Sutopo menjelaskan, penyebab dari longsor adalah hujan deras di Nias Selatan. Hujan ini kemudian menimbulkan bukit longsor dan mengenai rumah penduduk. "Akses menuju lokasi sulit," ujarnya.

Saat ini, BPBD Kabupaten Nias Selatan, TNI, dan Polri sudah di lokasi. Namun, hingga saat ini pendataan masih terbatas karena kesulitan menuju tempat kejadian longsor.

Kerugian materil akibat dari bencana ini, adalah 25 unit roda dua dan 4 unit roda empat, serta 37 unit rumah masih tertimbun longsor. " Saat ini instansi terkait sedang melakukan koordinasi penanganan darurat bencana di lokasi," ujarnya. (sj)
• VIVAnews

Selasa, 29 November 2011

Zainab Bunuh Suami dan Masak Potongan Anggota Tubuhnya


TRIBUNNEWS.COM - Seorang perempuan bernama Zainab Bibi (40) ditangkap karena membunuh suaminya dan kemudian memasak potongan anggota tubuhnya.

Selain Zainab, polisi Pakistan juga menangkap keponakannya bernama Zaheer Allah Ditta, di wilayah Shah Faisal, Karachi.

Pemilik apartemen tempat Zainab tinggal merasa aneh dengan bau masakan dari lantai dua dan kemudian naik untuk menanyainya.

Kejadian ini sungguh mengejutkan, Zainab memasak kari dengan daging dari lengan dan kaki suaminya. Kepala kepolisian Khalid Nadeem Baig mengatakan mereka menemukan daging dari suami Zainab yang sudah dimasak.

Zainab tinggal bersama anak perempuannya bernama Sonia (18) dari mantan suaminya, dan Ahmed Abbas, yang dinikahinya lima tahun silam.

Zainab mengatakan, ia membunuh suaminya karena mencoba memperkosa anak perempuannya. Tetapi keterangan ini berubah. "Ia tidak pernah menyentuh putri saya, hanya saja ia selalu mengatakan hal-hal kotor setiap kali ia pulang dalam keadaan mabuk," katanya. Polisi masih mencari Sonia.

"Keterangan Sonia dan kondisi kesehatannya sangat penting dari sudut hukum," kata kepala investigasi, Shehzad Ejaz Alamgeer. Foto lengkap di sini.

Sumber: Yahoo! News

Kamis, 24 November 2011

Sebuah renungan; JANGANLAH BUNUH DIRI...ANDA AKAN TERSESAT NANTI


"Artikel ini sengaja ditulis dan ditayangkan ulang, mengingat masih banyak terjadi kasus bunuh diri dan ada yang mau melakukan bom bunuh diri. Semoga artikel ini terbaca oleh mereka yang hatinya sedang dipengaruhi syetan agar mau bunuh diri. (Pray)"

Pada pagi ini, setelah penulis membaca-baca koran, membuat bahasan masalah politik, terbersit keinginan membuat selingan artikel. Hari ini penulis mampu menyelesaikan artikel masalah "gaib" yang sudah sekian lama dibuat tetapi selalu tidak pernah selesai dikerjakan.

Beberapa waktu lalu setelah melihat di teve kisah seorang ibu yang yang bunuh diri, setelah sebelumnya meminumkan racun pada anaknya yang masih kecil, tulisan ini di putuskan untuk ditayangkan, dengan harapan ada manfaatnya untuk kita yang masih hidup agar jangan bunuh diri karena "berbahaya" untuk ketenangan ruhnya. Sebuah kisah nyata di keluarga yang diikuti dan disikapi penulis seperti mengalirnya air disebuah sungai. Penulis tidak faham tentang masalah gaib, sehingga tidak akan mampu mengurai lebih jauh lagi.

Bunuh diri adalah keputusan pendek seseorang yang mental dan jiwanya tidak mampu menghadapi masalah atau tekanan hidup didunia. Keputus asaan dan penderitaan yang sangat berat dapat memicu seseorang untuk mengambil jalan pintas menyelesaikan masalahnya dengan membunuh dirinya. Dari beberapa kasus pemberitaan, cara bunuh diri dilakukan dengan meminum racun, gantung diri, menyilet diri, terjun dari gedung bertingkat, dan banyak cara lainnya.

Biasanya penyebab bunuh diri disebabkan karena tekanan masalah ekonomi, penyakit berat, putus cinta, masalah keluarga, dan banyak lagi penyebabnya. Keputusan mengambil jalan pintas yang dirasa akan membebaskan diri dari masalahnya tersebut, ternyata merupakan masalah baru yang ternyata jauh lebih menakutkan, kalau boleh di katakan mengerikan.

Tulisan ini dibuat berdasarkan sebuah kisah "gaib" yang coba dikupas sedikit menggunakan referensi agama Islam, karena penulis bukan ahli agama. Penulis mencoba menggabungkan sebuah kejadian gaib dengan pencerahan dari tulisan seorang penulis buku-buku Islam Agus Mustofa dalam serial diskusinya Tasawuf Modern yang berjudul "Mengubah Takdir".

Agus Mustofa menyampaikan didalam bukunya, "Allah melarang seseorang untuk bunuh diri, Ini menunjukkan bahwa kematian bisa diusahakan oleh seseorang. Sebagaimana pula kesehatan bisa diusahakan. Dengan kata lain, kalau Allah sudah menentukan kematian seseorang secara wajar, mestinya bagaimana pun seseorang melakukan usaha bunuh diri, ia tidak akan bisa terbunuh. Tapi karena ia bisa terbunuh, maka Allah pun melarang mereka untuk bunuh diri".

Referensi Agus Mustofa diambil dari QS. Al Hijr (15) : 56 yang terjemahannya ; Ibrahim berkata : "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat" . Yang kedua diambil dari surat QS. An Nisaa' (4) : 29 yang terjemahannya ; " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu".

Nah, kini kita memasuki sebuah kisah nyata tentang alam gaib, yang sedikit sekali dibukakan oleh Allah kepada manusia, berbeda dengan ilmu pengetahuan yang dibuka seluas-luasnya. Hanya orang tertentu yang mendapat rahmat dan ijin Allah di beri kemampuan melihat alam gaib tersebut.

Penulis mempunyai sanak keluarga yang pada enam tahun lalu masih kuliah di Universitas Trisakti. Pada suatu hari si gadis ini sekembalinya dari kuliah dengan terengah-engah menceritakan bahwa dia tadi di fakultasnya ditabrak "kerbau". Dan yang aneh kerbau tadi melewati dirinya tanpa ada rasa apa-apa. Setelah kejadian tersebut, maka mulailah rangkaian peristiwa-peristiwa yang aneh tetapi nyata. Kalau ke toilet dia mengaca, maka dikaca terlihat banyak wanita yang berpakaian putih-putih yang berdiri di belakangnya ikut mengaca, mukanya macam-macam, aneh-aneh.

Perasaan takut dan rasa terganggu terus membayanginya, tapi katanya ada yang aneh, kalau dia mempunyai rasa takut berjalan disuatu tempat mesti ada suara yang mengingatkan dengan berbisik, jangan melihat kekiri atau kekanan. Bisa dipastikan ada mahluk yang aneh dan bentuknya macam-macam dan menakutkan. Berhubung kondisi ini dirasa terus mengganggu, maka penulis atas informasi dari beberapa pihak kemudian membawanya ke daerah Kuningan, kerumah seorang kiai, seorang tokoh Islam yang bertempat tinggal dilereng gunung Ciremai, dikenal bernama Raden Rasmaya Satria Sakembaran, beliau biasanya dipanggil "Romo".

Menurut Romo, si gadis ini ternyata atas kehendak Allah terbuka mata batinnya hingga mampu melihat dua sisi dunia, dunia biasa dilihat dari matanya, dunia gaib dilihat dari mata batinnya. Kita umumnya hanya mampu melihat dengan mata biasa, tidak mampu melihat dengan mata batin, disebabkan karena batin (qolbu) manusia umumnya kotor, jelas Romo. Hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat alam gaib tersebut. Penulis mohon bantuan Romo untuk menutup frekwensi yang satunya itu karena dirasa sangat mengganggu, baik kehidupan dan kuliah si gadis tadi.

Oleh Romo kemudian dijelaskan bagaimana cara berkomunikasi dengan alam gaib tersebut, yang diperkuat dengan doa dan zikir untuk menguatkan batin, dibutuhkan waktu tiga bulan untuk menutup "pandelengan batin" tersebut jelas Romo. Dikatakannya bahwa si gadis mempunyai nama alam gaib "Ratu Ayu Delifah", ini adalah keturunan ketujuh yang menitis dari sesepuh keraton Yogya. Memang dari silsilahnya nenek moyang si gadis dari pihak ibunya mempunyai garis keturunan dari Sri Sultan Hamengku Buwono Kedua.

Pada suatu hari dalam sebuah acara dimana berkumpul demikian banyak kiai dirumah Romo, Ayu yang diminta datang berpakaian hijau, duduk dimuka Romo yang menggunakan gamis dan bersorban, sementara disebelahnya ada kursi kosong. Setelah beberapa lama Ayumelihat ada wanita yang sangat cantik, bersinar dan berpakaian mirip baju kerajaan. Menurut Ayu mukanya mirip Chintami. Kemudian Ayu dipanggil mendekat dan disentuh kepalanya oleh Romo dan wanita tadi, dengan rasa gemetar karena mata wanita tadi bersinar, tetapi dia lega karena wanita tadi kemudian tersenyum. Setelah acara selesai Ayu menanyakan siapa itu kepada Romo. Dijelaskan bahwa itu adalah ibu gaib dari Ayu yang bernama Kanjeng Ratu Amanah, menurut Romo itulah Ratu Kidul atau Nyai Loro Kidul.

Setelah kembali dari Ciremai, maka "Ayu" (nama panggilan gaib si gadis) banyak menemui mahluk-mahluk aneh dimana-mana, di tempat pamannya dia selalu ketakutan, katanya ada beberapa mahluk setinggi rumah, giginya panjang, ternyata itulah isi (qodam) dari keris si paman. Beberapa kali dia menjumpai sebuah rumah ada yang menjaga mahluk setinggi tiga meter, berpakaikan prajurit jawa, itulah jin penjaga. Dia suatu saat menolong temannya yang kesurupan, ternyata temannya diikuti oleh mahluk yang kakinya hanya satu tapi menempel terus. Pernah dirumah menemukan dikamar kakaknya ada macan putih yang sangat besar sedang duduk, dan setelah diminta baru si macan pergi. Masih banyak lagi kisah seram alam gaib yang dialami oleh Ayu.

Nah, yang paling penting, Ayu pada suatu hari sekitar jam tujuh malam diperintah datang kerumah salah seorang dosennya dibilangan Rangunan. Dimuka rumah si dosen terdapat pohon kelapa, dia terkejut saat melewati pohon kelapa tersebut, ada mahluk halus sedang duduk menangis, jenisnya wanita, rambutnya terurai dan gembel, mukanya agak berlendir, dan banyak kutil-kutilnya. Ayu tahu ini adalah sebuah wujud arwah penasaran, kemudian saat ditanya kenapa duduk dan menangis disitu? Dijawab ruh penasaran tadi "tolong 'ndoro', saya sakit sekali, saya menderita, saya dingin, saya sengsara sudah lama sekali".

Baiklah kata Ayu, dia faham bahwa mahluk tadi tersiksa dan butuh didoakan. Kemudian oleh Ayu dibacakan surat Al-Fatehah, dan didoakan agar Allah mengampuni dosa-dosanya, setelah itu "si ruh" tadi tersenyum, mengucapkan terima kasih, menyembah Ayu dan masuk kedalam pohon kelapa tadi.

Saat bertemu si dosen dan ditanya apa di pohon kelapa pernah ada kejadian, dosen menjelaskan bahwa dahulu anak sipemilik rumah yang kemudian rumahnya dibeli dosen itu "bunuh diri" di pohon tersebut. Astaghfirullah. Saat ditanyakan kepada Romo tentang ruh penasaran tadi, dijelaskan bahwa ruh orang yang bunuh diri tidak bisa kemana-mana, dia akan tersiksa terus menerus ditempat dia bunuh diri. Pengalaman bertemu dengan ruh penasaran juga terjadi beberapa kali, bahkan ada yang mengikuti wujudnya setengah badan, terbang disamping mobil sambil merintih-rintih minta didoakan.

Setelah tiga bulan Ayu kembali dibawa ke Romo dan di tutup mata batinnya, menurut Romo mata batinnya akan otomatis terbuka pada saat di berumur 26 tahun. Kini, Ayu berumur 25 tahun, sudah menjadi sarjana, dan berkerja di sebuah perusahaan, hatinya lembut, bersih, bahkan agak terlalu halus dan perasa. Kalau mendengar penjelasan Romo maka pada tahun depan mata batinnya kembali akan terbuka. Mudah-mudahan stabilitas mentalnya sudah jauh lebih mapan dalam menerima karunia Allah tersebut.

Kira-kira setahun yang lalu Romo meninggal dunia, dan dua bulan setelah wafat, disuatu malam sekitar jam setengah tiga ruhnya membangunkan Ayu. Ayu sangat terkejut, memeluk kaki Romo dan menangis, menyadari bahwa yang datang adalah ruh suci. Romo yang terlihat sangat bersih, berbau sangat wangi, sewangi parfum arab, berpakaian gamis putih, bersorban dan memakai selendang hijau yang dikalungkan dileher dengan tulisan arab "La ilaaha illallaah" menuntun Ayu untuk sholat tahajud dan berzikir. Beliau memesankan jangan meninggalkan sholat lima waktu, berzikir dan berdoa serta selalu mendengar apa kata orang tua agar mendapatkan ridho, itulah pesannya.

Pembaca, apa hal terpenting? Dari yang disampaikan Agus Mustofa, bahwa orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan adalah orang yang sesat. Allah tegas-tegas melarang orang untuk bunuh diri. Dikaitkan dengan kisah pertemuan Ayu dengan "ruh penasaran", jelas bahwa bunuh diri adalah jalan yang salah, jelas dilarang oleh Allah dan akibatnya ruh-nya akan tersiksa menangis terus menerus dengan kondisi rusak, terasa sakit yang amat sangat, menderita berkepanjangan menunggu hingga hari kiamat datang yang entah kapan. Penyesalan selalu berada diakhir tidak pernah berada dimuka. Ini yang perlu kita sadari.

Bagi kita yang masih hidup, diingatkan agar jangan lupa mendoakan orang tua, sanak keluarga dan kerabatnya, karena ternyata ruh-ruh orang yang sudah meninggal selalu membutuhkan dan menanti doa. Semoga tulisan ini bermanfaat, tidak ada maksud apapun, hanya memberikan sebuah penjelasan bagi kita yang masih hidup...agar tidak tergelincir mengambil jalan pintas dan akan merasakan akibatnya, merasakan kesengsaraan dalam waktu yang sangat lama, mungkin bermilyar tahun. Dia sudah ditetapkan Allah sebagai orang yang "sesat".

Bunuh diri bukan sebuah jalan keluar bagi masalah ataupun kepercayaan yang dianut, tapi itulah sebuah awal penyiksaan atau resiko yang diterima seseorang dalam tindakan keputus asaan serta keyakinannya yang salah. Bagi m,ereka yang melakukan bom bunuh diri, dari kisah ini bisa dikatakan bukan mati sahid tetapi mati sangit (karena itu berfikirlah, jangan asal percaya keyakinan yang digelincirkan).

Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam tulisan ini, karena kekurang tahuan atas segala sesuatu dalam masalah gaib yang memang sangat tertutup itu. (Prayitno Ramelan)

Diposkan oleh opini-prayitno.ramelan di Selasa, Desember 02, 2008

Rabu, 23 November 2011

Ribuan Warga Papua Kelaparan; Ironinya SBY habiskan 40 Miliyard untuk pesta pernikahan anaknya


JAKARTA - Ribuan warga, setidaknya di tiga distrik di Kabupaten Intan Jaya, Papua, dilaporkan terancam kelaparan. Cuaca buruk dalam beberapa bulan terakhir telah menghancurkan hasil pertanian warga dan menyebabkan krisis pangan. Bantuan dari pemerintah masih terhambat biaya.

Tiga distrik di Kabupaten Intan Jaya yang warganya dilaporkan oleh tokoh masyarakat dan dewan gereja kepada pemerintah kabupaten mengalami kelaparan adalah Distrik Homeyo, Distrik Wandai, dan Distrik Hitadipa.

Ketika dihubungi SH dari Jakarta, Selasa (22/11) malam, relawan sosial John Cutts yang baru tiba di Kabupaten Nabire dari Kabupaten Intan Jaya, mengungkapkan banyak warga kelaparan. John mengatakan, warga mengeluh mengalami kondisi seperti itu sejak lima bulan terakhir.

"Saya dengan mata saya sendiri, melihat mereka, anak-anak sudah kurus, punya rambut sudah memerah," kata John, yang tinggal di Tanah Papua sejak 1954. Warga Intan Jaya, menurut John, belum pernah mengalami cuaca buruk seperti yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

Tanaman yang ditanam warga untuk dikonsumsi, seperti ubi dan sayur, di kebun hancur akibat curah hujan yang begitu tinggi dari atas langit Kabupaten Intan Jaya dalam beberapa bulan terakhir. "Saya sudah masuk ke kebun (warga dan melihat) ubi jalar busuk di dalam tanah," ujar John.

Ia mengatakan, hujan memang sudah tiga minggu ini berhenti, namun cuaca buruk selama berbulan-bulan telah menghancurkan hasil pertanian. Krisis pangan pun tak terelakkan. Padahal, kata dia, warga butuh makanan untuk kembali bercocok tanam.

John mengatakan, warga di Kabupaten Intan Jaya kini sangat membutuhkan bantuan pangan. Dia, atas bantuan individu dan lembaga, di antaranya Yayasan Donor Kasih Indonesia, telah mengirimkan 10 ton beras, mi instan, minyak goreng, susu dan kacang kedelai. Ia mendengar, bantuan pemerintah sebanyak 3 ton beras masih tertahan di Nabire.

Dihubungi terpisah, Sekretaris Daerah Kabupaten Intan Jaya David Setiawan, mengatakan pemerintah telah mengirimkan tim guna mengecek ke wilayah-wilayah yang dilaporkan warganya mengalami krisis pangan sejak dua minggu lalu. Namun, kata dia, belum ada laporan masuk dari tim.

"Kelaparan belum, masih gejala," ujarnya. Menurut David, krisis pangan yang melanda warga Intan Jaya semata bukan hanya akibat cuaca buruk, melainkan warga yang sekarang ini tidak fokus menggarap pertanian.

David menjelaskan, jumlah penduduk Kabupaten Intan Jaya per Maret 2011 sebanyak 84.445 jiwa. Distrik Sugapa memiliki penduduk 19.285 jiwa, Distrik Homeyo 16.755 jiwa, Distrik Wandai 9.991 jiwa, Distrik Biandoga 16.861, Distrik Agisiga 11.058 jiwa, dan Distrik Hitadipa 12.495 jiwa.

Kepala Dinas Kesehatan dan Sosial Intan Jaya Yacob Sani mengatakan, kondisi warga telah dilaporkan kepada Bupati, berikut dengan proposalnya pada Agustus 2011. "Waktu itu Pak Bupati bilang karena tidak ada data dan dokumen, sehingga tidak serius tanggapi masalah itu," ujarnya.

Yacob mengatakan, pemerintah telah mengirimkan bantuan 3 ton beras, namun hingga kini masih tertahan di Nabire. "Kami tidak bisa salurkan karena membutuhkan biaya besar," ujarnya. Biaya carter pesawat paling murah Rp 26 juta.

Hingga sekarang, kata Yacob, pemerintah belum memiliki data jumlah penduduk di Kabupaten Intan Jaya yang mengalami kelaparan, seperti yang telah dilaporkan tokoh masyarakat dan dewan gereja kepada pemerintah. Kepala dari enam distrik di Intan Jaya hingga kini belum memberikan laporan.

Penulis : Ruhut Ambarita (SINAR HARAPAN)

Senin, 21 November 2011

2 Suporter Timnas Tewas di GBK


JAKARTA- Dua orang pendukung Timnas Indonesia tewas di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Keduanya tewas di pintu masuk VIII GBK.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, salah seorang korban dikenali sebagai Reno (20), warga Cililitan, Jaktim. Sedang seorang lagi belum dikenali. Saat ini kedua jenazah sedang dibawa menuju ke RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

“Sedang menuju ke Rumah Sakit, " ujar seorang petugas RSCM Somad kepada okezone, Senin (21/11/2011).

Kedua korban tersebut tewas setelah berdesakkan masuk ke dalam stadion sebelum laga final sepakbola SEA Games XXVI antara Indonesia-melawan Malaysia.

Pertandingan final sepakbola SEA Games 2011 Indonesia melawan Malaysia sudah dimulai, namun para penonton yang memiliki tiket masih belum masauk ke arena stadion. Pantauan okezone di pintu VIII hingga pertandingan dimulai memang masih terlihat antrean masuk penonton masih cukup panjang di tiap pintunya.

"Di pintu delapan kisruh, polisi sama penonton pukul-pukulan," kata Ade seorang penonton jelang laga dimulai.

Penonton, lanjutnya, memiliki tiket namun tak bisa masuk ke stadion karena sudah penuh. "Penonton yang punya tiket VIP enggak bisa masuk nyoba masuk, tapi katanya sudah penuh," kata Ade. (Sumber; OKEZONE.COM)

Minggu, 20 November 2011

Ibu Bunuh Anak demi Uang Asuransi


REPUBLIKA.CO.ID,CHARLESTON - ''Kasih Ibu Sepanjang Masa, Kasih Anak Sepanjang Galah''. Pepatah ini sepertinya tidak berlaku bagi seorang ibu bernama Susan Hendricks (48). Karena demi mendapatkan uang asuransi, dia rela membunuh kedua anaknya.

Seperti dikutip Reuters, ibu asal South Carolina ini coba membela diri dengan mengatakan kepada polisi bahwa anaknya yang telah membunuh tiga anggota keluarga sebelum akhirnya bunuh diri. Namun, alibi Susan tidak bisa diterima sehingga ibu berusia 48 tahun itu didakwa atas tuduhan pembunuhan demi memperoleh uang asuransi.

''Susan Hendricks (48) dituntut karena membunuh dua anak lelaki, mantan suami dan ibu tirinya setelah ditahan di sebuah motel pada Senin malam,'' kata polisi.

Susan juga dituntut atas kepemilikan senjata selama melakukan aksi kriminalnya. Yakni, sebuah pistol yang disimpan di dalam lemari kecilnya.

Polisi dipanggil ke sebuah rumah di Liberty, South Carolina, pada 14 Oktober, kata Asisten Kepala Polisi Pickens County Tim Morgan.

Berdasarkan penyelidikan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) serta barang bukti forensik dan wawancara dengan anggota keluarga, polisi menyimpulkan keterangan yang disampaikan Susan tidak benar. Anggota keluarga memberitahu polisi mengenai motif Susan sebenarnya adalah klaim asuransi. Susan akan menerima uang asuransi berlipat-lipat dari para korban jika aksinya berhasil.

Kamis, 10 November 2011

Nasi Aking dan Sirnanya Empati Kita terhadap Sesama


Ketika Pak Gempur melakukan ajakan “provokatif” untuk menggempur kebijakan pemerintah yang hendak menjadikan tahun 2008 sebagai tahun politik lewat YM, tiba-tiba saja ingatan saya jatuh pada saudara-saudara kita yang bernasib tragis dan mengenaskan, bahkan berujung kematian. Ini sebuah fakta yang sulit kita bantah kebenarannya. Saat ini banyak saudara kita yang terpaksa harus makan nasi aking. Bahkan, ketika persediaan bahan makanan yang hanya layak dikonsumsi unggas itu habis, sang Malaikat Maut sudah siap untuk menjemput mereka ke alam barzah. Ironisnya, banyak pejabat kita yang sengaja membutakan matahati dan menulikan telinganuraninya. Mereka justru sibuk membangun negosiasi untuk membeli mobil dinas atau piknik ke luar negeri dengan dalih studi banding. Om Google sangat sensitif merekam berbagai peristiwa itu, sehingga kita dengan mudah dapat mengikutinya. Lihat saja di sini dan di sini.

Banyak pertanyaan yang bisa dikemukakan, mengapa sikap empati kita terhadap sesama seolah-olah sudah terkikis dari dinding hati dan nurani kita. Seiring dengan merebaknya pola dan gaya hidup materialistis, konsumtif, dan hedonistis, yang melanda masyarakat kita belakangan ini, diakui atau tidak, telah membikin perspektif kita terhadap nilai-nilai kemanusiaan menyempit. Kesibukan berurusan dengan gebyar duniawi, disadari atau tidak, telah membuat kita abai terhadap persoalan esensial yang menyangkut interaksi dan komunikasi sosial terhadap sesama. Jangankan mengurus nasib orang lain, mengurus diri sendiri saja masih payah? Mengapa kita mesti repot-repot merogoh uang recehan untuk gelandangan dan pengemis kalau mencari duwit haram saja sulit? Mengapa kita susah-payah membantu korban kecelakaan lalu lintas kalau pada akhirnya kita mesti repot-repot memberikan kesaksian di depan aparat yang berwenang? Kenapa kita mesti membebani diri mengurus anak-anak telantar dan yatim piatu kalau setiap pagi kita masih kerepotan memberikan uang saku untuk sekolah anak-anak kita?

Di mata dunia, sebenarnya bangsa kita sudah lama dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban tinggi dengan entitas kesetiakawanan sosial yang kental, tidak tega melihat sesamanya menderita. Kalau toh menderita, “harus” dirasakan bersama dengan tingkat kesadaran nurani yang tulus, bukan sesuatu yang dipaksakan dan direkayasa. Merasa senasib sepenanggungan dalam naungan “payung” kebesaran” religi, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan. ltulah yang membuat bangsa lain menaruh hormat dan respek. Semangat “Tat twan Asi” (Aku adalah Engkau) –meminjam terminologi dalam ajaran Hindu–, telah mampu menahbiskan rasa setia kawan menjelma dan bernaung turba dalam dada bangsa kita, sehingga mampu hidup damai di tengah-tengah masyarakat multikultur.

Namun, merebaknya “doktrin” konsumtivisme, agaknya telah telanjur menjadi sebuah kelatahan seiring merebaknya pola hidup materialistik dan hedonistis, yang melanda masyarakat modern. Manusia modern, menurut Hembing Wijayakusuma telah melupakan satu dari dua sisi yang membentuk eksistensinya akibat keasyikan pada sisi yang lain. Kemajuan industri telah mengoptimalkan kekuatan mekanismenya, tetapi melemahkan kekuatan rohaninya. Manusia telah melengkapinya dengan alat-alat industri dan ilmu pengetahuan eksperimental dan telah meninggalkan hal-hal positif yang dibutuhkan bagi jiwanya. Akar-akar kerohanian sedang terbakar di tengah api hawa nafsu, keterasingan, kenistaan, dan ketidakseimbangan.

Pemahaman pola hidup yang salah semacam itu, disadari atau tidak, telah melumpuhkan kepekaan nurani dan moral serta religi. Sikap hidup instan telah melenyapkan budaya “proses” dalam mencapai sesuatu. Sikap sabar, tawakal, ulet, telaten, dan cermat, yang merupakan entitas kebersahajaan dan kejujuran telah tersulap menjadi sikap menerabas, pragmatis, dan serba cepat. Orang pun jadi semakin permisif terhadap perbuatan-perbuatan yang tidak jujur di sekitarnya. Budaya suap, kolusi, nepotisme, atau manipulasi anggaran sudah dianggap sebagai hal yang wajar. Untuk mengegolkan ambisi tidak jarang ditempuh dengan cara-cara yang tidak wajar menurut etika.

Kesibukan memburu gebyar materi untuk bisa memanjakan selera dan naluri konsumtifnya, membuat kepedulian terhadap sesama menjadi marginal. Jutaan saudara kita yang masih bergelut dengan lumpur kemiskinan, kelaparan, dan keterbelakangan, luput dari perhatian. Fenomena tersebut jelas mengingkari makna kesetiakawanan sosial yang telah dibangun para founding fathers kita, mengotori kesucian darah jutaan rakyat yang telah menjadi “tumbal” bagi kemakmuran negeri ini.

Sebagai bangsa yang memiliki peradaban tinggi di mata dunia, bagaimanapun harus memiliki good will (kemauan baik) untuk mengondisikan segala bentuk penyimpangan moral, agama, dan kemanusiaan, pada keagungan dan kebenaran etika yang sudah teruji oleh sejarah. Budaya kita pun kaya akan analogi hidup yang bervisi spiritual dan keagamaan. Jika kultur kita yang sarat nilai falsafinya itu kita gali terus, niscaya akan mampu menumbuhkan keharmonisan dan keseimbangan hidup, sehingga mampu mewujudkan paguyuban hidup sosial yang jauh dari sikap hipokrit, arogan, dan bar-bar.

Yang kita perlukan sekarang adalah bagaimana menumbuhsuburkan nilai-nilai empati itu dari generasi ke generasi. Secara naluriah, manusia membutuhkan pengakuan dan pengertian. Kedua kata inilah yang selama ini, disadari atau tidak, telah hilang dalam kamus kehidupan kita. Empati sangat membutuhkan kehadiran dua kosakata indah ini. Merebaknya berbagai praktik kekerasan dan vandalisme pun sebenarnya disebabkan oleh runtuhnya pilar pengakuan dan pengertian tadi. Kita makin tidak intens dalam mengakui keberadaan orang lain dan makin tidak apresiatif untuk mengerti keberadaan orang lain.

Sungguh, benar-benar sebuah tragedi kemanusiaan yang terpampang di atas panggung sosial negeri ini apabila banyak saudara kita yang mati kelaparan, justru pemerintah hendak mencanangkan tahun 2008 sebagai tahun politik; tahun warming up menuju pesta demokrasi 2009. Sekali lagi, kita disuguhi lakon-lakon absurd yang membuat dada kita makin terasa sesak.

Yup, meski hanya sebatas kata-kata dan retorika, mari kita sambut ajakan untuk mencanangkan 2008 sebagai Tahun Antikelaparan dan Gizi Buruk dengan cara memasang banner dan membuat postingan khusus. Semoga langkah kecil kita ini bisa memberikan bisikan “gaib” di telinga para pengambil keputusan untuk membangun kepedulian terhadap nasib saudara-saudara yang kurang beruntung. ***

by Sawali Tuhusetyain Budaya, Opini, Refleksi Tags: Artikel, Edukasi, empati, Kearifan Lokal, kekerasan, Kesetiakawanan sosial, moral, Opini, Politik, Sosial

Minggu, 06 November 2011

Gara-gara Game, Ibu ini Bunuh Anaknya


Kejam benar ibu ini, hanya gara-gara dia terlalu sering bermain PC dan terganggu dengan anaknya sendiri, Ibu ini kemudian dengan kejam mencekik anaknya itu hingga tewas. Uniknya kejadian seperti ini tak hanya terjadi sekali dua kali di Korea Selatan.

Seperti kejadian terakhir yang dialami oleh Kim. Wanita ini bermain game selama 10 jam tiap harinya, bahkan menurut yang dilansir dari Straits Times, tetangga rumah Kim sempat menilai bahwa rumah Kim ibarat tempat sampah karena berantakan karena tingkah kedua anaknya yang selalu dibiarkan menangis.

Kedua anaknya laki-laki berusia satu dan tiga tahun. Kepolisian setempat mengungkap wanita berusia 27 tahun itu menjadi emosi ketika anaknya menangis dan mengompol mengotori lantai rumah, saat ia sedang istirahat setelah 10 jam bermain game PC.

Saat dalam keadaan emosi itulah, Kim kemudian mengomeli anaknya dan mencekik hingga tak bisa bernafas.

“Dia bilang sangat emosi pada anaknya karena saat itu ia sedang beristirahat setelah lelah bermain game selama berjam-jam sejak pagi,” ujar juru bicara kepolisian.

Parahnya setelah mengetahui anaknya yang sudah meninggal, Kim meninggalkannya begitu saja.

Kejadian ini sendiri dilaporkan oleh adik iparnya setelah menemukan mayat keponakannya yang berusia 3 tahun itu.

Kecanduan game merupakan permasalahan murni yang dialami Kim karena wanita ini tak memiliki cacat mental. Kim senang bermain poker dan sering memainkan game hewan peliharaan virtual. (sumber: kampung TKI)

Kejahatan di Jakarta Kian Sadis


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tindak kejahatan di wilayah DKI Jakarta semakin membahayakan masyarakat. Para pelaku tak segan lagi mengancam jiwa korbannya menggunakan senjata tajam maupun senjata api.

Dalam beberapa pekan terakhir, aksi kejahatan kian nekat. Seperti halnya peristiwa percobaan perampokan yang terjadi di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Tangan korban sampai putus ditebas golok ketika mempertahankan tas berisi uang dari perampok.

Sabtu 29 Oktober 2011 ada aksi upaya pencurian sepeda motor yang dilakukan bandit berpistol. Pemilik yang berupaya mempertahankan kendaraanya tewas ditembak pistol pelaku.

Peristiwa dengan korban Sugeng Widodo (37) tersebut terjadi di Jalan Raya Perumnas Klender, Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur. Terakhir aksi nekad pelaku kejahatan membunuh perawat dalam kamar kosnya dan mencuri sepedamotor korban di Cempaka Putih, Jakarta Timur.

Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Untung S Rajab mengatakan, kepolisian tidak bisa menilai bahwa aksi kejahatan yang terjadi belakangan ini memiliki standar paling brutal. "Meski aksi tersebut sudah dilakukan secara terang-terangan," ujarnya, Senin (31/10).

Sementara itu, untuk mengantisipasti hal-hal serupa, dirinya sudah memerintahkan Polres dan Polsek untuk berpatroli ditempat-tempat yang dianggap rawan. Seperti Bank, ATM maupun perumahan.

Polisi juga akan terus melakukan operasi senjata api guna meminimalisir peredaran senjata api di masyarakat. "Ini langkah untuk mengurangi kualitas kejahatan ini," kata dia.


Redaktur: Stevy Maradona
Reporter: Bowo Pribadi

STMIK AMIKOM

Astaga, Khatib Shalat Jumat Dipukul Saat Sampaikan Khotbah


Ketua Majelis Permusyawatan Ulama (MPU) Aceh Tamiang, Drs HM Ilyas Mustawa mewanti-wanti umat Islam wilayah itu menghormati mimbar khutbah Jumat. “Mimbar Jumat tidak sama dengan mimbar bebas, maka menjadi tangung jawab jamaah Jumat untuk menjaga kemuliannya,” tegasnya.

Kepada Serambinews.com. Ketua MPU Aceh Tamiang itu menyatakan penyesalan atas kasus pemukulan seorang khatib di Pidie saat korban berkhutbah pada salat Jumat (9/9). “Kalau bukan umat Islam siapa lagi yang memuliakan mimbar Jumat,” ujarnya.

Menurutnya, alasan dan modus apapun tidak dibenarkan memukul khatib di atas mimbar Jumat. Karena khutbah Jumat terkait dengan rukun dan menjadi tanggung jawab jamaah menjaganya. Tindakan pemukulan tersebut sebagai sikap kelewatan batas kewajaran manusia dan dilakukan dalam rumah Allah. “Orang lewat di jalan saja tidak boleh kita pukul, apalagi memukul khatib di atas mimbar Jumat,” ketusnya yang minta aparat penegak hukum memproses pelakunya.

Sementara ormas Islam dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Wilayah Aceh menyatakan sikap mengutuk tindakan pemukulan khatib Jumat. Mereka menilai prilaku itu sebagai premanisme dalam masyarakat, lebih-lebih lagi peristiwa tersebut telah merusak kekusyukan ummat Islam yang sedang melaksanakan ibadah salat Jumat dan melecehkan nilai-nilai syariat Islam.

Dalam siaran tertulis yang dikirim ke redaksi Serambinews-online, Sabtu (10/9), KAMMI Wilayah Aceh, yang ditandatangi Ketua Bidang Kebijakan Publik, Faisal Azni, mendesak pihak yang berwajib untuk mengusut tuntas peristiwa penganiayaan tersebut dan menghukum para pelaku dengan hukuman yang setimpal. (Sumber)

Muatan Politis

Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Pidie M Sufi membantah jika anggotanya melakukan pemukulan terhadap Tgk Saiful Bahri saat tengah melakukan menyampaikan khotbah sholat Jumat di Masjid Raya Keumala, Pidie, Aceh. Menurut Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Pidie M Sufi, pemukulan khatib di Masjid Raya Keumla murni dilakukan oleh masa, bukan anggota KPA setempat.

“Perlu saya tegaskan bahwa kejadian itu tidak melibatkan unsur KPA, tetapi murni dilakukan oleh massa dan kejadian itu hanya spontanitas saja,” kata M Sufi saat dihubungi, Jumat (9/9/2011) petang.

Menurutnya berdasarkan laporan yang diterima, pemukulan terjadi karena massa merasa dalam khotbah sholat Jumat, Tgk Saiful Bahri telah melenceng dari yang seharusnya menyampaikan nasehat agama, namun menyampaikan misi politik, sehingga ada di antara jamaah Jumat memintanya agar tidak menyinggung soal politik.

“Tetapi tidak diindahkan olehnya (Tgk Saiful Bahri) bahkan bersikeras untuk tidak mau turun dari mimbar, sehingga sejumlah jamaah sidang Jumat yang tidak sabar dan langsung memaksanya turun dari mimbar,” jelas M Sufi. Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Pemusyawaratan Ulama (MPU) Pidie Tgk Ramli mengaku pihaknya belum mengetahui secara detil peristiwa itu. Kalau benar terjadi penganiayaan terhadap khatib, pihaknya menyesalkan aksi tersebut.

Dia mengatakan aksi semacam itu tidak dibenarkan baik secara agama maupun hukum negara. “Seharusnya semua pihak bisa menahan diri dan tidak perlu melakukan aksi semacam itu, terlebih di dalam mesjid. Parahnya lagi saat ummat sedang mengikuti khotbah salat Jumat,” sesalnya.(Sumber:Ruang hati.com)

Cinta Ditolak, Gadis Pujaan Dibunuh Lalu Diperkosa


PANDEGLANG (Pos Kota) – Diduga kesal lantaran cintanya ditolak, Asma alias Solon, 22, warga Kampung Tanjungsari, Desa Cihonje, Kecamatan Sumur, Pandeglang, tega membunuh Siti Aisyah, 17, wanita idaman tetangga desanya. Bejadnya lagi, korban yang sudah tak bernyawa diperkosa. Usai membunuh dan memperkosa, mayat korban diletakkan di pinggir jalan Desa Keratamukti, Kecamatan Sumur.

Kasat Reskrim Polres Pandeglang, AKP Dhani Gumilar mengatakan, setelah melalui penyelidikan, tersangka ditangkap, Kamis (3/11) tak jauh dari rumahnya. Menghindari kemarahan warga, tersangka langsung diamankan ke Mapolres Pandeglang.

“Pembunuhannya terjadi pada Senin (31/10) lalu. Korban ditemukan tergeletak di pinggir jalan ditutupi dedaunan sekitar pukul 13:00,” kata AKP Dhani Gumilar.

Menurut AKP Dani, tersangka mengaku, aksi keji yang dilakukannya , buntut kekesalan terhadap korban karena cintanya ditolak. Kata AKP Dhani, tersangka sudah merencanakan pembunuhan itu dan ketika ada kesempatan serta pelakunya gelap mata, aksi keji itu
dilakukannya di semak-semak dan saat situasi sedang sepi.

“Motif yang kami dapatkan karena kesal cintanya ditolak. Namun pengakuan tersangka masih kita dalami,” ujar Kasat.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, sebelum melaksanakan niat jahatnya, tersangka sempat mengajak korban jalan-jalan. Saat itulah, tersangka mengungkap isi hatinya namun Aisyah menolaknya dengan alasan belum berpikir pacaran. Berbagai ucapan dikemukan namun korban tak juga menerima cintanya. Didasari rasa kesal, terbersit niat menghabisi nyawa gadis idamannya.

Sempat terjadi keributan, korban tak berdaya dibekap menggunakan sehelai kain yang sudah dipersiapkan. Setelah menghabisi, mayat korban kemudian diperkosa. Setelah puas, korban disembunyikan di semak-semak pinggir jalan menuju Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Sumur. (POSKOTA/haryono/b)

Indonesia dan Masyarakatnya yang Hilang

Oleh: Bahrul Amsal (Ketua Komisi Pengembangan Intelektual dan Wacana PB HMI-MPO)


Jauh ke belakang sejarah umat manusia, kurang lebih sekitar abad ke empat sebelum masehi, pernah hadir seseorang yang memberikan arti tentang masyarakat. “Adalah usaha pemenuhan etis yang berakar dalam kemampuan sosial menuju kualitas moral dan keunggulan intelektual,” demikianlah gagasan yang ia bangun untuk mengartikan kelompok-kelompok yang terbentuk dari elemen-elemen individu. Dialah Aristoteles. Masyarakat di matanya adalah individu-individu yang terpanggil untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan etisnya. Demi persahabatan dan cinta yang menjadi tujuannya, kata Aristoteles jika ditanyai tentang tujuan manusia untuk membentuk tata sistem yang harmonis di antara individu-individu yang terwadahai oleh panggilan moralnya. Dan itu kodrati, sesuatu yang pasti. Mutlak.

Sejalan dengan itu, menurut hemat penulis, masyarakat adalah kodrat setiap manusia, kepastian bagi kita untuk menjawab panggilan luhur, moral, dan kebutuhan etis serta segala upaya yang membawa manusia sebagai elemen masyarakat demi menjadi mahluk yang luhur. Oleh Aristoteles masyarakat adalah wujud ideal, wujud yang mengusung nilai-nilai moral. Aristoteles bukanlah ilmuwan sosial (dalam pengertian modern), tetapi apa yang ia maksudkan dapat kita temui pada pemikiran seorang ilmuwan sosial modern.

Durkheim mengartikulasikan masyarakat sebagai tata moral. Pada sisi ini Durkheim memberikan pemaknaan yang tidak simplikatif. Ia mengatakan bahwa aturan normatiflah yang menjadi ujung dari tata moral di mana keberangkatanya berasal dari kesadaran kolektif manusia. Ada penekanan khusus yang diberikan Durkheim pada kesadaran kolektif—ia menyebutnya conscience collective—yakni hal inilah yang mengikat dan mengatur manusia dalam kekerabatannya dengan kehadiran simbol, lambang, totem-totem, buku suci, dan bendera sebagai wujud materialnya (Tom Campbell, 1994). Maka hubungan-hubungan individu akan mendapatkan arti dari wujud materil sebagai isi kesadaran kolektif yang di dalamnya memiliki nilai metafisis akan semua gagasan beserta tujuannya yang dimiliki bersama individual masyarakat.

Baik Aristoteles maupun Durkheim, sepertinya hendak berbicara langsung dan memberikan “panduan umum” kepada kita, bahwa masyarakat adalah sebuah kodrat manusia, panggilan, dan pemenuhan etis manusia yang lahir demi membentuk tatanan berkehidupan yang layak sesuai citra kesadaran akan moralitas dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Pada pembicaraan yang lebih maju, masyarakat dari sisi sejarah adalah perwujudan yang senantiasa berproses. Pada tingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik, dan budaya. Di tingkat mezo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi. Di tingkat mikro terjadi perubahan perilaku dan interaksi dan individu. Masih dalam perdebatan para teoritikus menyangkut apa yang mempengaruhi sehingga terjadi proses perubahan dalam struktur masyarakat dari setiap tingkatannya. Namun sedikit banyaknya perubahan dari segi moral turut pula mempengaruhi perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Bahkan boleh dikata bahwa ketika nilai moral dalam masyarakat yang darinyalah hadir aturan-aturan normatif hilang di tengah-tengah masyarakat, maka dalam istilah Emhile Durkheim, akan muncul anomie.

Dalam pemaknaan Durkheim, anomie adalah hilangnya tata normatif, pranata, hukum moral maupun etis di tengah-tengah masyarakat yang bisa berakibatkan kehadiran cacat-cacat perilaku maupun tindakan dalam tubuh masyarakat. Artinya tidaklah bisa kita katakan masyarakat jikalau di dalamnya basis nilai yang dianut tak dapat lagi menjadi sebuah pedoman hidup bersama. Dalam kasus ini masyarakat telah hilang.

***

Indonesia adalah negara kesatuan. Begitu yang senantiasa digaungkan oleh tokoh-tokoh kita, hingga menjadi “sihir” yang tertanam dalam benak setiap warga negaranya hingga akhirnya menjadi aturan mekanik tak tertulis yang mengatur keberagaman kita dari suku, etnik, dan ras masyarakat, bahkan agama pun demikian. Terpatri jelas di bawah cengkraman kaki garuda menjadikan perbedaan adalah hal yang lumrah kita terima. Maka hiduplah masyarakat dengan negara kesatuan dalam wilayah, bahasa, asas, hukum, serta tujuan yang sama. Dengan itu maka dihadirkan wujud materil dari perbedaan yang ada untuk menyatukan keanekaragaman masyarakat. Maka negara menjadi perwujudan tunggal dari sekian banyak perbedaan. Menjadi pemersatu.

Negara dalam arti yang simplikatif adalah hasil konsensus individu-individu untuk mencapai tujuan bersama. Adalah tugas negara untuk menjadi alat pemersatu dari konsensus individu-individu yang bernaung di bawahnya, menjadikan masyarakat berdaulat dengan aturan main yang menjadi simbol aturan warga negaranya. Bila merujuk dari pemikiran Aristoteles dan Emhile Durkheim, maka negara adalah wujud dasar yang lahir dari nilai dasariah manusia sebagai konsekuensi perwujudan pemenuhan kebutuhan kualitas etis dan moral manusia. Maka kehadiran negara sebagai simbol pemersatu adalah citra pantulan kualitas moral masyarakatnya.

Adalah hal yang miris jika kita menyimak penuturan hakim sejarah, betapa telah banyak kecacatan moral yang dimiliki negara—di sisi lain hukum, politik, ekonomi dan budaya. Sebutlah kasus-kasus berbau SARA yang pernah terjadi di Tanah Air dan yang masih hangat diperbincangkan di pemberiataan media-media yakni terjadinya kerusuhan, misalnya di Ambon baru-baru ini. Kita bisa jadi berkesimpulan negara sebagai sumber nilai hanyalah embel dari pemenuhan hasrat-hasrat instingtif golongan ataupun kelompok yang memiliki kuasa penuh darinya dengan pemerintahan penuh atas orang-orang banyak (baca: bukan masyarakat).

Telah dibahasakan dari awal tulisan ini, bahwa masyarakat adalah panggilan etis dan moral dari manusia untuk hidup secara sosial. Jadi logika yang terbangun dari pernyataan sebelumnya yakni kehadiran masyarakat berangkat dari individu yang sadar untuk hidup bersama demi pencapaian moral yang dikehendaki. Menurut penulis adalah salah memberikan pelabelan terhadap sekelompok orang pada daerah geografis tertentu dengan kategori masyarakat, jika tidak ada nilai moral yang di junjung sebagai kategori-kategori etis sebagai panduan praktis hidup. Itu adalah segerombolan orang, bukan masyarakat.

Apa yang terjadi pada negara kita adalah hilangnya masyarakat dengan panduan-panduan moral yang ada di dalamnya sebagai panutan hidup, dan justeru sebaliknya, kehadiran negara sebagai “penjaga” moral tak mampu memberikan daya “tekan” terhadap warga negaranya untuk hidup secara damai di tengah-tengah keberagaman yang ada. Artinya, relasi negara dengan masyarakatnya adalah relasi yang semu.

Kehadiran negara hari ini mungkin bisa kita pertanyakan kembali mengingat negara sebagai fungsi pemersatu tak bisa lagi memberikan toleransi terhadap perbedaan yang ada. Secara konstitusional mungkin kehadiran negara masih bisa kita benarkan, namun kenyataan yang terbangun di lapangan justeru berbeda. Negara tak mampu lagi menjamin dan memelihara terlaksananya hak-hak asasi manusia yang menjadi tujuan keberadaannya. Pada akhirnya dengan hilangnya sistem moral yang tak mampu dijaga secara struktural oleh negara mengakibatkan leluasanya segelentir orang ataupun kelompok untuk menampilkan wajah-wajah kekerasan yang tidak manusiawi dari pengklaiman-pengklaiman yang secara sepihak.

Kekerasan-kekerasan yang terjadi di negeri ini, mengingatkan penulis pada sebuah pernyataan yang tertulis di atas sebuah batu nisan seorang pemikir abad modern, pernyataan yang sengaja dituliskan dengan maksud untuk mengingatkan orang-orang pasca kematiannya. Pernyataan yang menghentakkan kebekuan dinding diri dari setiap orang yang tertutupi kejernihan hatinya oleh hasrat rendah sebagai seorang manusia. Ada dua hal yang membuat diri ini takjub, yang pertama adalah bintang-gemintang saat malam datang menjelang, serta yang kedua adalah hukum moral yang ada dalam diriku. Begitu perkataan yang pernah diutarakan Immanuel Kant.
Dalam kaitannya dengan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan di sekitar kita, dengan pernyataan tadi, patut kiranya jika kita katakan dalam negara ini tak ada yang namanya masyarakat, keberadaan yang dilandasi dengan hukum-hukum moral di mana persahabatan dan cinta kasih menjadi tujuannya. Karena kita lebih takjub dengan perbedaan-perbedaan yang ada, dibandingkan dengan keberadaan hukum moral yang ada pada diri kita sendiri. []

Degradasi moral tanda fitrah telah hilang


Jakarta (ANTARA News) - Menurut pujangga Ranggawarsitab dalam Serat Kalatidha, akan tiba "jaman edan", saat semuanya edan dan ikut-ikutan edan. Kemunduran atau degradasi moral dan banyaknya terjadi kebohongan oleh umat merupakan tanda-tanda fitrah-nya (kesucian) telah hilang.

"Sekarang ini mulai masyarakat kecil hingga pejabat negara melakukanm kebohongan dan degradasi moral. Hal itu menandakan fitrah telah hilang," dikatakan khatib Nacep Suharna, dalam khutbah shalat Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah, di komplek perumahan Bukit Dago, Desa Rawa Kalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Rabu.

Oleh karena itu, dengan Idul Fitri 1432 H ini, kata Nacep, kesucian atau fitrah akan mampu mengatasi dan menghilangkan degradasi moral dan mencegah terjadinya kebohongan.

Pada kesempatan itu, Nacep meminta kepada semua umat untuk tetap saling bersilaturahmi.

"Rasullah Muhammad SAW membenci umat yang memutuskan tali silaturahmi. Silaturahmi sangat penting untuk membina hubungan dan mencegah terjadinya degradasi moral serta kebohongan," ungkapnya.

Terjadinya degradasi moral dan kebohongan itu, kata Nacep, dikarenakan dua hal, yakni nafsu perut dan nafsu sex.

"Kedua nafsu inilah yang membuat bangsa dan negara ini hancur, membuat kita saling bermusuhan dan menimbulkan kebohongan baik yang dilakukan masyarakat maupun oleh pejabat negara," ujar Nacep. (*)

Editor: Ade Marboen

COPYRIGHT © 2011

Gara-Gara Muntah di Kasur, Balita Dibunuh Ibunya


BATAM - Entah apa yang ada di pikiran ibu muda ini, dia tega membunuh anaknya yang masih berusia 3 tahun dengan sadis.

Dewi Armasita memukuli anaknya, Prita Isabela, dengan gagang sapu. Belum puas, kepala korban juga dibenturkan berulang kali ke tembok. Hal itu dilakukan lantaran Prita muntah dan buang air di kasur. Prita meninggal dunia di RS Budi Kemuliaan Batam.

Dari pemeriksaan polisi, diketahui tubuh mungil Prita dipenuhi luka memar bekas pukulan kayu, sementara bagian kepala korban terdapat bekas luka benturan. Di perut korban juga masih berbekas cakaran.

Dewi yang tengah hamil tiga bulan itu, Selasa (1/11/2011), mengaku memukul korban karena kesal muntah dan buang air di atas kasur.

“Saya memukulnya dengan kayu tapi tidak terlalu kuat. Saya kesal karena dia muntah dan buang air terus di atas kasur,” ungkap Dewi.

Atas kekejian ini, Polisi sudah mentepakan Dewi sebagai tersangka.

Sementara itu ayah korban, Defrizal, mengaku tidak menyangka anaknya tewas di tangan ibunya sendiri. Defrizal hanya bisa menangis saat jenazah Prita dimakamkan di pemakaman umum Sungai Panas Batam siang tadi.

“Saya tahu istri saya suka pukul Prita, tapi saat kejadian saya sedang bekerja,” katanya pria yang bekerja di sebuah perusahaan farmasi ini.

Sejak berusia dua bulan, lanjut Defrizal, Prita tinggal bersama neneknya di Semarang, Jawa Tengah. Dia baru dua bulan tinggal dengan ibunya di Balai Indah, Batam.

Polisi menduga, tersangka mengalami depresi berat akibat tekanan ekonomi. Kasus ini masih ditangani Polsek Lubuk Baja.

(Gusti Yennosa/Sindo TV/ton)

Sabtu, 05 November 2011

TOP 10 Pembunuh Tersadis Di Indonesia

1. IMAM SAMUDERA



Tersangka Bom Bali 2002 ini(disebut juga Bom Bali I)diduga otak dari rangkaian tiga peristiwa pengeboman yang terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Dua ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, walaupun jaraknya cukup berjauhan. Rangkaian pengeboman ini merupakan pengeboman pertama yang kemudian disusul oleh pengeboman dalam skala yang jauh lebih kecil yang juga bertempat di Bali pada tahun 2005. Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau cedera, kebanyakan korban merupakan wisatawan asing yang sedang berkunjung ke lokasi yang merupakan tempat wisata tersebut. Peristiwa ini dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.

Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk untuk menangani kasus ini menyimpulkan, bom yang digunakan berjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara 50-150 kg.[1]

Kejaksaan Agung akhirnya memutuskan waktu pelaksanaan eksekusi mati terhadap terpidana mati Bom Bali I, Amrozi Cs , yaitu pada awal November 2008. Sikap Kejaksaan Agung tersebut disampaikan Kapuspenkum Kejagung, Jasman Panjaitan, dalam jumpa pers di Gedung Kejagung Jalan Sulatan Hasanuddin, Jakarta.


2.BAYQUNI alis BABEH


Kasus pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan Bayquni alias Babeh merupakan yang terbesar saat ini, bahkan mengalahkan kasus Robot Gedek dan Verry Idham Heriansyah alias Ryan.
“Sampai saat ini kasus Babeh merupakan angka terbesar dari pengakuan pertama yaitu satu korban hingga 14 korban,” ungkap Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Wahono saat konferensi pers di Kapolda Metro


3. ROBOT GEDEK


Terpidana mati, Robot Gedek, sekitar tahun 1995 sempat mengemparkan warga Jakarta dan jawa tengah, karena melakukan sodomi terhadap puluhan anak pada rentang waktu 1994-1996 dengan korban 12 orang anak. selain disodomi robot gedek juga memutilasi korbannya dan merobek isi perut korbannya untuk dia ambil dan dilakukan untuk pemenuhan hasrat seksualnya.

Pada tahun 1996, dia berhasil ditangkap dan di sidang oleh pengadilan setempat dijatuhi hukuman mati dan akhirnya di masukkan ke LP Nusa Kambangan, Cilacap.

Ciswanto alias Robot Gedek (39), Sebelum eksekusi mati meninggal dunia akibat serangan jantung, dan jenazahnya di makamkan di TPU Desa Beji, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang.


4. VERRY IDHAM HENYAKSAH (RYAN JOMBANG)




Namanya Very Idham Henyaksyah atau biasa dipanggil Ryan (30), walaupun dikenal pernah menjadi guru ngaji dan pendiam, di luar lingkungan rumahnya, Ryan dicap sebagai pembuat onar. Bahkan dia sempat mencuri HP milik member Fitness Marcella Gymnastic di daerah Jombang, Jatim.

Kedatangnya ke Jakarta adalah ingin menjadi model yang "bisa dipakai" yang bisa disebut "Bispak". Sampai akhirnya dia berkenalan dengan Novel di Margonda, Setelah sekian lama berkenalan Ryan secara resmi menjadi pacarnya Novel. Sosok Ryan yang bengis dan cenderung psikopat mulai terkuak saat ia menjadi tersangka kasus mutilasi Heri Santoso (40). Tubuh Heri Santoso ditemukan terpotong-potong menjadi tujuh bagian di daerah Ragunan. Polisi kemudian menyelidiki kasus ini dan sampai pada kesimpulan, Ryan-lah pembunuhnya.

Menurut pengakuan Ryan, ia membunuh Heri Santoso karena kesal pada Heri yang mencoba 'menawar' Novel, pacarnya. Ketika Heri sedang main ke apartemen Ryan, Heri sempat melihat foto Novel. Dia langsung jatuh hati padanya dan ingin berkencan.

Ryan merasa tersinggung, terjadilah cekcok yang berujung kematian Heri Santoso. Di kamarnya di apartemen di Jalan Margonda, Depok, 11 Juli 2007, Ryan kemudian memotong tubuh Heri menjadi tujuh bagian. Lalu dengan menggunakan taksi, Ryan membuang potongan tubuh itu ke daerah Ragunan.

Singkat cerita, polisi kemudian menangkap Ryan. Awalnya polisi tidak menduga bahwa Ryan adalah pelaku pembunuhan yang lain.

Mendengar tertangkapnya Ryan di televisi, keluarga Ariel Sitanggang menghubungi Polisi. Mereka mencurigai Ryan juga mengetahui soal hilangnya Ariel Sitanggang, karena keluarga Ariel yakin bahwa Ryan adalah orang terakhir yang terlihat bersama Ariel.

Polisi kemudian mengembangkan kasus ini. Hasilnya ternyata sungguh di luar dugaan, Ryan ternyata juga mengaku Ariel Sitanggang dan mayatnya dikubur di belakang rumahnya di Jombang, Jawa Timur.

Polisi lalu meluncur ke Jombang dan menggali sebidang tanah di belakang rumah Ryan. Begitu digali ternyata dilubang tersebut ada empat mayat!

Mayat-mayat tersebut teridentifikasi atas nama Ariel Sitanggang (34), Grandy (25, WN Belanda), Guruh Setyo Pramono (27) dan Vincentius Yudhi Priyono (30). Masyarakat langsung gempar!

Sejauh ini polisi baru menemukan fakta Ryan telah membunuh lima orang termasuk Heri Santoso yang dimutilasi. Namun dari pengembangan kasus dan sikap Ryan yang sama sekali tidak menunjukkan penyesalan, Polisi menduga korban kebengisan Ryan lebih dari lima orang.

Menurut penyelidikan, empat mayat yang ditemukan di Jombang itu meliputi satu mayat yang dibunuh pada Juli-Agustus 2007, satu mayat pada Januari 2008 dan dua mayat pada April 2008.

Ryan kini mendekam di tahanan Polda Metro Jaya. Sementara polisi membuka layanan pengaduan orang hilang yang barangkali terkait sosok Ryan.

Pengakuan salah satu sumber di Kepolisian bahkan menyebutkan bahwa, polisi mencurigai ada mayat lain yang dikubur di sekitar rumah Ryan. Salah satu titik kecurigaan Polisi adalah kondisi septic tank (tempat pembuangan kotoran) terlihat masih baru saja di buat. Rencananya Polisi akan menggali keterangan Ryan secara intensif dan menyisir titik-titik 'mencurigakan' di sekitar rumah Ryan.

Sampai berita ini diturunkan, Polisi baru saja mengacak-acak kamar Ryan di rumahnya yang di Jombang. Sedikitnya Polisi mendapatkan 10 kantung barang bukti terdiri dari bermacam perhiasan seperti liontin, kalung, cincin, handphone, sepatu dan jam tangan.

Dari barang bukti yang dikumpulkan termasuk liontin dan kalung, tidak tertutup kemungkinan korban Ryan yang lain adalah wanita.

5. AHMAD SURADJI alias DUKUN AS





Ahmad Suradji (populer dipanggil Dukun AS; juga dikenal dengan nama Nasib Kelewang, Datuk; 1949–Galang, Deli Serdang, 10 Juli 2008) adalah seorang pelaku pembunuhan terhadap 42 orang wanita yang mayatnya dikuburkan di perkebunan tebu di Desa Sei Semayang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara dari tahun 1986 hingga 1997.
Nama aslinya adalah Nasib. Karena sering menggunakan kelewang saat melakukan pencurian lembu di kawasan Stabat, ia pun dipanggil "Nasib Kelewang" oleh teman-temannya.[1] Nama "Ahmad Suradji" disandangnya setelah keluar dari penjara karena tersandung kasus pencurian lembu, sedangkan nama Datuk diberikan teman-temannya karena ia menikahi tiga kakak beradik kandung dan tinggal serumah. Sehari-hari Suradji bekerja sebagai petani. Ia hanya lulus SD dan mempunyai tiga orang istri dan sembilan anak. Pihak kepolisian pertama kali menemukan mayat salah seorang korban pada 27 April 1997, seorang wanita berusia 21 tahun bernama Sri Kemala Dewi. Seminggu kemudian, seorang saksi mengatakan bahwa pada hari Dewi menghilang, ia telah mengantarkan Dewi ke tempat tinggal Suradji. Polisi kemudian menemukan setumpuk pakaian dan perhiasan wanita di situ, di antaranya barang-barang milik Dewi. Suradjipun ditangkap.

Apakah Suradji sendiri mengaku bersalah tidak diketahui jelas. Ada sumber-sumber yang menyebut bahwa ia tidak mau mengaku, namun ada pula yang menyatakan bahwa ia telah mengakui perbuatannya. Dalam sebuah laporan, Suradji mengaku membunuh karena hendak menyempurnakan ilmu yang sedang dipelajarinya. Agar ilmunya sempurna, ia harus membunuh 70 orang wanita dan mengisap air liur korban. Ilmu ini sendiri ia dapati dari ayahnya saat ia masih berusia 12 tahun, meskipun perhatiannya terhadap ilmu tersebut baru mulai terasa saat ia mencapai usia 20 tahun.

Pada tahun 27 April 1998, ia divonis mati oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Lubuk Pakam karena terbukti bersalah melakukan pembunuhan terhadap wanita-wanita tersebut. Ia dieksekusi pada Kamis 10 Juli 2008, tepatnya pukul 22.00 oleh tim eksekusi Brigadir Mobil (Brimob) Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara.

6. RIO ALEX BULO alias RIO MARTIL



Jaksa mendakwa Rio Martil yg telah menganiaya hingga menyebabkan kematian Jeje Suraji. Tindakan itu juga dikategorikan sebagai pembunuhan berencana, karena Rio terbukti telah lebih dulu menyiapkan senjata dua buah martil. Kejahatannya ditambah lagi dengan usahanya merampas harta korban.

Di persidangan juga terungkap, Rio setidaknya sudah membunuh tiga orang di berbagai kota. Semua dilakukan dengan motif perampasan kendaraan milik korban. Kekejaman saat membunuh korban-korbannya, juga menjadi catatan tersendiri dalam persidangan.

Berdasar bukti-bukti itu, 14 Mei 2001, Rio divonis mati. Mendengar keputusan hakim, ia mengaku pasrah. "Saya bersyukur karena tidak mati saat sedang melakukan kejahatan. Tetapi mati dalam hukuman, mati dalam bertobat," katanya kepada para wartawan sesaat setelah vonis dijatuhkan.

Meski begitu, upaya banding tetap dilakukan para pengacara. Sementara Rio terus menjalani hukumannya di LP Kedungpane, Semarang, sebelum akhirnya dipindahkan ke LP Permisan di Pulau Nusakambangan. LP yang terletak di sebuah pulau di selatan Cilacap ini terkenal sebagai tempat para narapidana yang menjani hukuman berat atau hukuman mati.


7. SUMANTO



Sumanto (Jeremias Nyangoen), pemuda lugu dan miskin dari sebuah desa di Banyumas, Jawa Tengah, ditahan polisi atas tuduhan memakan mayat. Peristiwa tentang kanibalisme ini menggemparkan desa dan menjadi berita ramai di koran-koran. Wartawan muda Lili Wijaya (Farach Diana) ditugaskan untuk meliput kasus Sumanto itu. Ia mewawancarai Sumanto di dalam tahanan. Sumanto mengisahkan perjalanan hidupnya sejak kecil hingga kemudian menjadi kanibal.

Lewat kilas balik, digambarkan Sumanto sejak kecil suka memakan binatang seperti jangkrik. Dikisahkan pula ia pernah berpacaran dengan Samien (Aty Cancer), gadis desa tetangganya. Sumanto dikeroyok pemuda desa saat berpacaran, dan sejak itu ia berpikir untuk mendapat ilmu kebal. Dia lalu berguru pada Ki Sirat (Sudjiwo Tejo). Syaratnya ia harus memakan sejumlah mayat. Ia kemudian merantau ke Lampung, menjadi buruh perkebunan. Di tempat ini ia sempat berhadapan dengan penjahat yang memaksanya menyerahkan uang. Karena terpaksa, Sumanto menebas perut sang penjahat hingga tewas. Mayat penjahat itu lalu dimakannya.

Kebiasaan ini berlanjut saat Sumanto pulang ke desanya, hingga diketahui warga dan ditangkap polisi. Lili yang ingin melengkapi laporannya, mencari Ki Sirat. Lili diajak Ki Sirat ke tempat sunyi dan diancam akan dibunuh, karena laporannya bisa menyeretnya ke pengadilan. Lili lolos dari ancaman dan menyelesaikan laporannya.

8. TUBAGUS YUSUF MAULANA (DUKUN USEP)


Muhammad Tubagus Yusuf Maulana (lahir 1968) atau lebih dikenal dengan nama Dukun Usep merupakan pelaku pembunuhan yang diketahui telah membunuh 9 orang di Lebak. Ia dikenal sebagai dukun yang dapat menggandakan uang, dengan cara itu ia menjerat korbannya yang kemudian membunuhnya dengan menggunakan racun potasium. Dukun Usep divonis mati pada 10 Maret 2008 dan kemudian vonis dilaksanakan pada 18 Juli 2008 di sebuah desa di Lebak.

9. Ny. ASTINI



pelaku pembunuhan 3 orang di Surabaya. Vonis hukuman mati dan telah dieksekusi tahun 2005. Astini alias Bu Lastri dinyatakan bersalah, karena melakukan mutilasi (membunuh dan memotong mayat korban) dengan dimasukkan ke dalam tas kresek yang dibuang di beberapa tempat sampah dan sungai di Surabaya.


10. IPTU GARIBALDI HANDAYANI


Membunuh 7 (tujuh) orang secara sadis di Jambi














(Sumber: wikipedia, Koran Online & rekan-rekan Bloger)

Rakyat Sudah Terbiasa dinjak-injak dan Ditindas!


ADALAH pembohongan publik kalau sekarang ini dikatakan kehidupan rakyat semakin enak, kemiskinan dan pengangguran menurun, daya beli masyarakat meningkat. Buktinya, rakyat banyak berebut daging kurban saat dibagikan pada Hari Raya Idul Adha atau Hari Kurban. Bahkan, mereka sudah meninap di TKP (tempat pembagian daging kurban) sejak malam hari menunggu pembangian daging untuk ‘fakir miskin’ itu di pagi harinya. Itu pun ada yang belum tentu mendapat daging pembagian. Ini menggambarkan bahwa warga bangsa kita masih banyak yang miskin sehingga untuk berharap menikmati daging harus berjuang dengan susah payah. Padahal, bagi orang kaya terutama para koruptor, tidaklah susah untuk membeli sekantong daging.

Namun bagi kebanyakan rakyat kita yang kini semakin sengsara dalam memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan sehari-hari, mereka terpaksa berusah payah untuk bisa menikmati makanan daging yang tidak biasa disantapnya dalam menu sehari-hari. Saking membludaknya mereka yang antri, misalnya pembagian dari kurban di Masjid Istiqlal yang hanya mentargetkan 5.000 kupon, ternyata yang datang lebih dari 10.000 orang. Akibatnya, pagar pembatas yang dijaga oleh petugas polisi ambrol diterjang desakan warga yang antri begitu antrian dimulai pembagian daging kurban.

Demikian pula pembagian kurban di daerah-daerah lainnya se-Indonesia. Banyak kaum perempuan dan lansia yang tak berdaya terinjak-injak saat ikut berjuang untuk mendapatkan sekantong daging sapi atau kambing yang dibagikan saat Hari Kurban. Desak-desakan, terinjak-injak, nenek-nenek menjerit, wanita-wanita pingsan, anak-anak ketakutan, laki-laki pukul-pukulan, dorong-dorongan dan segala fenomena yang mengharukan di negara merdeka dan kaya sumberdaya alam ini. Bahkan, ada yang pingsan dan meninggal dunia akibat terinjak-injak dan tergenjet saat berebut mendapatkan daging kurban.

Mungkin kejadian terinjak-injak bukanlah berita luar biasa. Pasalnya, rakyat sudah setiap hari hidupnya sudah biasa terinjak-injak oleh kekuasaan dan para ‘preman’ politik dan ekonomi. Mereka yang miskin, lemah, miskin ilmu, papa, terinjak-injak, tertindas, tidak percaya diri, kehilangan martabat, dan rela menjadi korban penindasan manusia-manusia lain. Bukan hanya saat pembagian daging kurban, bahkan saat pembagian zakat, pembagian sembako, pembagian BLT, dan lain-lain. Inilah benar-benar potret asli rakyat kita sekarang ini di negara yang menganut ‘kapitalis malu-malu’.

Ini seperti penjajahan oleh orang kuat atas warga negara sendiri yang lemah. Mungkin mereka warga miskin dan rakyat awam ‘terjajah’ yang kebanyakan mengumpat, enakan negara ini dijajah Belanda, mungkin kehidupan sehari-hari lebih tercukupi. Ketimbang hidup di era penghisapan sumberdaya alam oleh orang-orang yang serakah dan perampokan duit negara oleh para koruptor yang menggila dan menggurita di negeri ini. Bahkan, ini adalah bentuk penjajahan yang lebih kejam yang menimbulkan kemiskinan dan jurang kesenjangan sosial yang menganga lebar. Bagi orang yang berduit atau berkantong tebal– tak peduli apakah itu hasil dari korupsi– bisa dengan mudahnya membeli segalanya dengan uang, tidak terkecuali membeli harga diri.

Undang Undang Dasar 1945 mengamanatkan dalam Pasal 33 Ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan, (2) cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasasi hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara, dan (3) Bumi dan air dan kekajaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Bahkan, Pasal 34 menyebutkan fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.

Nyatanya, kini rakyat miskin cenderung dibiarkan terlantar. Biaya pendidikan dan kesehatan pun kelewat mahal. Jangan-jangan slogan pemberantasan kemiskinan diplesetkan menjadi pemberantasan orang miskin alias membiarkan warga negara yang miskin tetap sengsara sehingga banyak yang meninggal dunia. Akibatnya, secara statistik kuantitatif, jumlah angka kemiskinan berkurang. Dan pemerintah pun bisa dinilai telah ’berhasil’ mengurangi kemiskinan. Oleh karena itu, adalah hal yang biasa dan tidak bakalan mengetuk hati para elit di negeri ini bilamana banyak warga miskin terinjak-injak saat antri pembagian daging kurban. Mereka sudah mati rasa terhadap solidaritas. Mereka hanya mencari harta kekayaan melalui kekuasaan. Persetan dengan rakyat miskin yang sudah biasa terinjak-injak. [JakartaPress]

Penulis: Tubagus Januar Soemawinata (Universitas Nasional)

Lelaki Jenius Dari Rusia Ketahuan Mengoleksi 26 Mayat Wanita Yang Didandani Seperti Boneka


Anatoly Moskvina seorang jenius yang menguasai 13 bahasa dan mempunyai pengetahuan lebih mengenai sejarah, baru-baru ini terungkap bahwa pria itu juga punya koleksi boneka mengerikan yang ia buat dari 26 mayat wanita yang ia ambil langsung dari kubur mereka.



Menurut BNO News, Moskvina telah mengunjungi lebih dari 750 pemakaman. Pria itu dipercaya pernah tidur di dalam peti mati. Di malam lainnya lagi, ia terlihat pernah tidur di atas kursi di daerah pemakaman.

Moskvina adalah seorang sejarawan dan jurnalis. Tetangganya menyebut pria itu seorang jenius yang menguasai 13 bahasa dan memiliki pengetahuan tentang sejarah, dimana ia memanfaatkan pengetahuannya itu untuk mengajar di sebuah museum lokal. Polisi sempat menahan Moskvina namun kemudian melepaskannya kembali.



sumber: msnbc.com
foto: Life News

Seorang ibu membunuh kedua anaknya karena cemburu kepada suaminya



Seorang ibu membunuh kedua anaknya yang masih kecil sebagai bentuk hukuman bagi sang mantan suami yang selalu menjauhkan dirinya setelah bertemu dengan wanita lain.

Fiona Donnison, 45, telah menyekap kedua anaknya dengan bantal, Harry yang berusia 3 tahun dan Elise yang berusia 2 tahun, hingga tewas ketika dia secara gelap mata menduga mantan suaminya, Paulus, 48, berselingkuh dengan teman lama dari sekolah.


Kedua anak pasangan Donnison

Kemungkinan besar pembunuhan terjadi di rumah yang disewa Fiona di Lightwater, Surrey, Inggris. Dia kemudian berkendara sejauh 90 mil ke rumah mantan suaminya dan menunggunya.

Dia kemudian mempersenjatai diri dengan 2 pisau dapur untuk membunuh Paul. Dia berencana menjadikan Paul sebagai tersangka pelaku pembunuhan kedua anak mereka. Namun, Paul tidak kembali ke rumah malam itu dan terus berada di kantor. Keesokan harinya Fiona menyerahkan diri ke polisi dan mengakui perbuatannya.

Pasangan tersebut telah berpisah 5 bulan sebelumnya ketika Fiona meninggalkan rumah suaminya di Heathfield, Sussex sebelah timur, dengan membawa serta kedua anaknya. Keduanya berpisah pada bulan Januari tahun lalu.

Christine Laing QC yang merupakan jaksa penuntut menjelaskan bahwa banyak hal yang telah dilakukan Fiona untuk Paul sebenarnya bukan merupakan akibat dari rasa takutnya yang terpendam akan Paul tetapi dikarenakan karena kemarahan dan kecemburuan setelah Paul menolaknya.

Seorang juri di Lewes Crown Court diberitahu bahwa Fiona adalah seorang narsis yang ingin membuat hidup Paul sangat menderita sehingga dia menggunakan anak-anaknya sebagai senjata pamungkas yang terakhir.

Mayat kedua anak tersebut ditemukan dalam bagasi mobil Nissan milik Fiona pada pagi hari tanggal 27 Januari tahun lalu. Mereka mengenakan piyama dan disimpan dalam 2 tas olahraga yang diresleting.

Fiona mengatakan dia tidak ingat peristiwa yang menyebabkan pembunuhan Harry dan Elise. Dia menyangkal atas 2 tuduhan pembunuhan.



Sumber: dailymail

PUISIKu Menggugah EmpatiMu

Kebenaran itu "telanjang" tampak jelas didepan mata...
namun kita sering memejamkan mata demi sesuatu yang semu

Kebenaran itu selalu terang benderang di kelopak mata
namun kita sering meredupkan cahayanya demi harga diri yang sebentar lagi mati...

Kebenaran itu Indah mengalun hati yang sepi ini...
namun kita sering menolehkan kepala untuk tidak menatap, demi pembelaan diri sendiri

Kebenaran itu Hakiki
dan selalu kita renungi, namun tak pernah kita selami!

Kebenaran itu selalu mengelilingi hati
namun kita berputar-putar menghindari, demi sesuatu yang tak pasti

kebenaran oh...kebenaran
semoga menggugah hati insani

Tuk tau diri...
Tuk cam-kan ini...
Tuk ingat mati...

Puisiku ini untuk mu...untuk bekalmu nanti anakku!!!




Regrad`s
Beje Jaya Sakti

ARTI KATA "Empati"

Sebelum perambahan di blog ini Izinkan saya mengartikan kata "empati" sbb;
Keadaan mental yg membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yg sama dengan

orang atau kelompok lain;
ber·em·pa·ti v melakukan (mempunyai) empati: apabila seseorang mampu memahami perasaan dan pikiran orang lain, berarti ia sudah mampu ~